BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas 3 SD masih menggunakan kurikulum KTSP.
Materi pelajaran bahasa Indonesia dan bahan ajar yang digunakan masih mengacu
pada kurikulum KTSP. Kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013 telah
disediakan pemerintah untuk kelas 3 SD. Kompetensi dasar yang telah ditemukan
tidak jauh berbeda dengan materi yang ada dalam buku teks kurikulum KTSP. Kompetensi dasar dan materi yang ada dalam
buku teks pelajaran bahasa Indonesia di kelas 3 SD memiliki beragam materi
salah satunya adalah teks permainan tradisional atau dolanan. Teks permainan tradisional adalah teks yang berisikan
hal-hal yang berkaitan dengan permainan baik berupa aturan maupun pedoman
permainan tersebut.
Permainan tradisional
atau dolanan merupakan salah satu permainan yang ada di nusantara.
Khazanah sastra nusantara dapat menjadi suplemen dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Sehingga materi dan bahan
ajar yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 3 SD
memerlukan khasanah sastra nusantara.
Khazanah sastra nusantara dapat ditemukan dalam permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan sastra
nusantara sebagian lisan karena tidak semua permainan tradisional dapat
dilisankan. Khazanah sastra nusantara dalam permainan tradisional dapat
berupa aturan main, peserta permaianan, lagu-lagu permainan, gerakan gerakan
dan memiliki nilai-nilai kebermanfaatan dan refleksi setelah memainkannya.
Teks
permainan tradisonal dalam pelajaran bahasa Indonesia kelas 3 SD dapat
ditemukan dalam materi pembelajaran permainan tradisional yang ada di
kompetensi dasar dan bahan ajar, namun isi dan bentuk permainan tradisional
atau dolanan harus sesuai untuk dipelajari dan diajarkan kepada peserta didik
agar peserta didik memperoleh
manfaat dari pembelajaran bahasa Indonesia
mengenai permaianan tradisional atau dolanan tersebut. Pemilihan teks
permainan tradisional dan dolanan yang sesuai pada materi bahan ajar dapat membuat peserta didik merefleksikan
nilai-nilai yang ada dalam permainan tradisional atau dolanan tersebut setelah
peserta didik mempelajari aturan, langkah-langkah dan mempraktikannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, sehingga rumusan
masalahnya adalah:
1.
Apa saja teks
permainan yang terdapat dalam buku teks kelas 3 Sekolah Dasar?
2.
Apa saja alternatif
teks permainan yang dapat digunakan di kelas 3 Sekolah Dasar?
3.
Nilai apa saja yang
terdapat di alternatif teks permainan tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut,
sehingga tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.
Teks permainan yang
terdapat dalam buku teks kelas 3 Sekolah Dasar.
2.
Alternatif teks
permainan yang dapat digunakan di kelas 3 Sekolah Dasar.
3.
Nilai yang terdapat
di alternatif teks permainan tersebut.
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
1.
Secara
Teoritis/Akademik
Makalah
ini diharapakan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan)
yaitu bagi perkembangan aspek
pembelajaran di kelas mengenai teks permainan yang ada di Nusantara.
2.
Secara Praktis
Makalah
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, sebagai bahan informasi untuk
membantu dalam melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang Sastra Nusantara terutama
berkaitan dengan permainan
tradisional. Selain itu, terdapat hal-hal unik yang terdapat dari permainan
tradisional yang ada di Nusantara dari mulai aturan permainan hingga nilai yang
terdapat dari permainan tradisional itu sendiri.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kompetensi
Dasar
Kompetensi Dasar adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu
akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Kompetensi
Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan
sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan
(kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok
itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap
peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan
sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect
teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan
(kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).
Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Berdasarkan penjelasan
tersebut, kompetensi dasar yang akan dibahas lebih lanjut yaitu kompetensi inti
mengenai pengetahuan di kelas 3 Sekolah Dasar. Kompetensi dasar pada aspek
pengetahuan di kelas 3 Sekolah Dasar adalah:
3.1
Menggali informasi dari teks laporan informatif hasil observasi tentang
perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi alternatif,
perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta alam semesta
dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat
diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
3.2
Menguraikan teks arahan/petunjuk tentang perawatan hewan dan tumbuhan, serta daun hidup hewan dan
pengembangbiakan tanaman dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu
pemahaman
3.3
Mengemukakan isi teks surat tanggapan pribadi tentang perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi serta permasalahan dan lingkungan sosial
di daerah dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis
yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
3.4
Menggali informasi dari teks dongeng tentang kondisi alam dengan bantuan guru
atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan
kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
3.5
Menggali informasi dari teks permainan/dolanan daerah tentang kehidupan hewan
dan tumbuhan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan
tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
Kompetensi dasar yang akan dibahas
lebih lanjut adalah mengenai teks permainan tepatnya pada kompetensi dasar 3.5
yaitu menggali informasi dari teks
permainan/dolanan daerah tentang kehidupan hewan dan tumbuhan dengan bantuan
guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan
kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman. Pada pembahasan ini akan lebih memperlihatkan mengenai aturan permainan,
cara permainan nilai-nilai yang terkandung di dalam permainan serta
menceritakan pengalaman perta didik setelah melakukan simulasi permainan
(refleksi). Teks permainan yang sesuai dengan kompetensi dasar tersebut adalah
permainan yang berhubungan dengan kehidupan hewan/tumbuhan seperti oray-orayan,
perepet jengkol, dan lain-lain. Jadi, sesuai dengan kompetensi yang telah
dipaparkan, siswa diharapkan dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya
mengenai teks permainan tradisional baik lisan maupun tulisan sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki keterampilan dalam
memainkannya.
2.2 Bahan Ajar
yang Terkait dengan Khasanah Sastra Nusantara
Bahan ajar adalah seperangkat
materi/substansi pembelajaran (teaching material)
yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang
akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya berisi tentang
pengetahuan, nilai, sikap, tindakan, dan keterampilan
yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan
proses yang terkait dengan pokok bahasa tertentu yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Bahan ajar yang
akan dibahas lebih lanjut adalah bahan ajar yang digunakan di kelas 3 Sekolah
Dasar. Akan tetapi, bahan ajar tersebut masih menggunakan kurikulum KTSP yang
diterbitkan pada tahun 2010. Hal tersebut terjadi karena bahan ajar yang
menggunakan kurikulum 2013 ini belum diterapkan di kelas 3 dan 6 SD. Terkait
dengan kompetensi dasar yang membahas teks permainan, maka bahan ajar yang akan
dibahas lebih lanjut pun mengenai teks permainan.
Teks permainan ini berada pada
bab 1 yang memiliki tema “Permainan Tradisional Itu Asyik”. Teks permainan yang
dikenalkan disini adalah Goncang Kaleng serta Permainan Benteng. Tidak hanya
itu, di buku ini juga terdapat beberapa permainan tradisional seperti congklak,
layang-layang, lompat tinggi, dan gobak sodor yang disajikan dalam bentuk
gambar karena disini peserta didik diharuskan untuk menuliskan pengalamannya
saat bermain permainan tradisional tersebut.
Pembelajaran mengenai teks
permainan tradisional itu sendiri dilakukan sesuai dengan petunjuk yang ada
dalam buku yaitu pertama, peserta didik dituntut untuk memahami terlebih dahulu
mengenai suatu permainan. Setelah itu, peserta didik menceritakan kembali hal
yang ia pahami mengenai permainan tersebut.
Saat semuanya sudah paham peserta didik mulai berpraktik permainan
tersebut dengan membuat alat yang dibutuhkan dalam permainan tersebut. Setelah
permainan selesai, guru melakukan refleksi bersama dengan peserta didik
sehingga kegiatan tersebut tidak hanya bermain saja tetapi peserta didik juga
mendapat informasi/pengetahuan baru dari suatu permainan. Selain itu, siswa
diharapkan dapat menceritakan kembali pengalamannya saat bermain suatu pemainan
tradisional sehingga siswa dapat saling berbagi ilmu dengan teman lainnya.
Teks permainan tradisional memang
termasuk ke dalam sastra Nusantara tidak hanya nyanyiannya saja, tetapi aturan
serta pedoman permainan itu sendiri juga termasuk sastra Nusantara. Hal
tersebut terjadi karena permainan tradisonal dapat mencirikan kebudayaan suatu
daerah tertentu. Permainan tradsioal kebanyakan menggunakan bahasa daerah
sehingga pada pembelajaran ini memang boleh menggunakan bahasa daerah untuk
membantu pemahaman tetapi guru pun membantu menerjemahkan bahasa daerah
tersebut ke dalam bahasa Indonesia agar semua siswa dapat mengerti dan menambah
kosa kata bahasa.
2.3
Keterkaitan KD dengan Bahan Ajar
Kompetensi Dasar yang terdapat
di kurikulum 2013 sedikit kurang sesuai dengan buku ajar di kelas 3 Sekolah
Dasar yang masih menggunakan kurikulum KTSP. Perbandingan ini tidak menggunakan
buku kurikulum 2013 karena kurikulum 2013 masih diterapkan di kelas 1,2,4 dan 5
Sekolah Dasar. Namun, pada dasarnya beberapa bahan ajar KTSP hampir sama dengan
bahan ajar kurikulum 2013. Hal tersebut dapat terlihat dari teks permainan yang
dijelaskan oleh kedua kurikulum tersebut yang perbedaannya terlihat dari tujuan
pembelajaran itu sendiri dimana kompetensi dasar di kurikulum 2013 peserta
didik diharapkan untuk menggali informasi teks permainan tradisonal yang
berkaitan dengan kehidupan binatang atau tumbuhan sedangkan di bahan ajar KTSP
teks permainan tradisional tidak harus
berhubungan dengan kehidupan binatang atau tumbuhan. Jadi, kompetensi dasar
mengenai teks permainan hampir sesuai dengan bahan ajar yang digunakan di
kurikulum 2013.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Alternatif
Teks Permainan
Setiap daerah di Indonesia memiliki permainan
tradisionalnya masing-masing. Akan tetapi, terkadang bentuk permaianannya sama
tetapi penamaannya berbeda-bedaa sesuai dengan bahasa daerahnya sendiri. Setiap
permainan tradisional memiliki nilai yang terkandung didalamnya. Oleh karena
itu, tidak semua permainan dapat dimasukkan ke dalam suatu pembelajaran, karena
permainan yang dipilih harus sesuai dengan tujuan pembelajaran serta nilai yang
terkandungnya bernilai positif sehingga dapat membentuk karakter peserta didik
sesuai dengan kompetensi inti di kurikulum 2013. Teks permainan yang akan
dibahas lebih lanjut adalah teks permainan gobak sodor, ular naga, oray-orayan,
perepet jengkol, egrang, gatrik, dan paciwit-ciwit lutung.
3.2 Analisis Bentuk dan Isi Teks Permainan
a.
Paciwit-Ciwit
Lutung
Paciwit-ciwit
lutung adalah permainan saling mencubit punggung tangan para pemain hinga
menumpuk ke atas, biasanya dimainkan oleh anak-anak baik perempuan maupun
laki-laki namun tak jarang pula orang tua ikut menemani. Paciwit-ciwit lutung
bisa dimainkan pada siang dan malam hari. Permainan
ini biasa dimainkan di
halaman atau pelataran rumah sambil berjongkok, kemudian berdiri jika posisi
tangan sudah mencapai posisi yang menghendaki pemain untuk berdiri. Cara memainkan permainan ini yaitu setiap pemain saling
mencubit punggung tangan menumpuk ke atas secara bergantian dari urutan paling
bawah ke urutan teratas sambil menyanyikan lagu teks permainan.Berikut nyanyian
dari permainan ini, yaitu:
paciwit-ciwit lutung,
si Lutung pindah ka luhur,
paciwit-ciwit lutung,
si Lutung pindah ka luhur.
Berdasarkan penjelasan mengenai permainan ini, terdapat
pesan moral yang terdapat di permainan paciwit-ciwit lutung, yaitu permainan
ini mengajarkan bahwa segala sesuatunya tidak tetap, berubah sesuai dengan
kondisi dan senantiasa silih berganti. Pesan yang ingin disampaikan adalah
bahwa manusia tidak selamanya di bawah (sengsara) atau di atas (kaya raya),
yang di bawah pasti akan ke atas jika sabar menahan sakit. Permainan ini mengajarkan
agar manusia agar tidak sombong saat berada di atas, dan juga tidak merasa
rendah diri dan putus asa ketika berada di bawah. Selain itu, terkait dengan pembelajaran bahwa permainan ini
menyentuh tiga ranah yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
Aspek kognitif dalam permainan ini adalah membantu anak dalam perkembangan kecerdasan intelektual. Mengembangkan
kecerdasan musikal anak karena permainan ini dilakukan sambil bernyanyi. Secara umum, permainan ini mengenalkan
anak-anak terhadap lingkungannya. Aspek afektifnya adalah dengan berkelompok anak akan belajar cara mengontrol emosi
sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi dan empati terhadap teman yang lain.
Secara berkelompok, dalam permainan ini anak dilatih
untuk dapat merasakan sakitnya ketika dicubit oleh temannya dan dinyatakan
kalah jika tidak dapat mengontrol emosi serta tidak bersikap toleransi terhadap
temannya. Hal ini dapat meminimalisir pemunculan
ego di diri anak. Aspek
psikomotornya adalah permainan ini
akan membantu anak dalam perkembangan keterampilan kinestetik (gerak). Melatih
kepekaan syaraf sensorik. Secara
berkelompok, dalam permainan ini anak dilatih untuk dapat menggerakkan tangan,
naik terus ke atas sesuai dengan perpindahan posisi tangan, dari berjongkok, berdiri,
sampai berjinjit. Permainan ini mengajarkan agar
anak dapat mengontrol gerakan tubuh
sendiri, juga dapat mengerti dan mengikuti harmoni gerak teman-temannya.
b.
Oray-Orayan
Oray-orayan
berarti bermain membentuk sebuah barisan seperti ular. Oray-orayan
dapat dimainkan oleh anak-anak baik perempuan maupun laki-laki. Permainan biasanya
dimainkan pada siang hari atau menjelang sore dan biasa dimainkan di halaman
rumah atau lapangan terbuka. Para
pemain saling memegang ujung baju bagian belakang teman yang ada di depannya
untuk membentuk barisan panjang. Sambil
bermain, para pemain menyanyikan lagu teks permainan. Ketika sampai pada akhir
teks, pemain terdepan berusaha menangkap pemain paling belakang yang akan
menghindar sehingga barisan bergerak meliuk-liuk seperti ular. Permainan terus
diulang tetapi barisan tidak boleh terputus. Berikut merupakan nyanyian dari
permainan tersebut, yaitu:
Oray-orayan,
luar léor mapay
sawah,
ulah ka sawah,
paréna sumedeng
beukah,
uray-orayan,
luar-léor mapay
leuwi,
ulah ka leuwi,
di leuwi aya nu
mandi,
oray-orayan,
oray naon… oray
bungka,
bungka naon…
bungka laut,
laut naon.. laut
dipa,
dipa naon…
dipandeuri.
Pesan Moral yang terdapat di permainan ini adalah oray-orayan
ini bukan hanya sekedar permainan saja, namun mengandung pesan moral yang baik
bagi anak-anak. jika
kita ingin berpergian atau mengunjungi suatu tempat, jangan sampai mengganggu apa yang ada di
sekitar tempat yang kita kunjungi. Jika berkunjung ke suatu tempat, hendaklah
silaturahmi jangan sampai terputus dan ciptakanlah kegembiraan demi
kegembiraan. Selain pesan moral, permainan
ini memiliki aspek kognitifnya, yaitu membantu anak dalam perkembangan kecerdasan intelektual. Misalnya dari kata-kata yang dituturkan seperti
“luar-leor” berhubungan dengan gerak ular, “parena keur sedeng beukah”
berhubungan dengan tumbuhan padi, pengucapan kata yang berjejer dengan huruf
/r/ dan /l/ yang umumnya susah diucapkan anak-anak. Secara
umum mengenalkan anak-anak terhadap lingkungannya. Misalnya dari kata-kata
yang dituturkan seperti “luar-leor” berhubungan dengan gerak ular, “parena keur
sedeng beukah” berhubungan dengan tumbuhan padi, pengucapan kata yang berjejer
dengan huruf /r/ dan /l/ yang umumnya susah diucapkan anak-anak. Secara umum mengenalkan
anak-anak terhadap lingkungannya.
Aspek afektif dari permainan ini adalah dengan berkelompok anak akan belajar cara mengontrol emosi
sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi dan empati terhadap teman yang lain.
Dalam permainan ini tidak dinyatakan kalah atau menang
sehingga anak dapat mengerti kelebihan dari masing-masing temannya. Hal
ini dapat meminimalisir pemunculan ego di diri anak. Tak hanya itu aspek psikomotor pun ada dalam permainan
ini, yaitu permainan ini akan
membantu anak dalam perkembangan kecerdasan kinestetik (gerak). Secara berkelompok,
dalam permainan ini anak dilatih untuk dapat melakukan dapat gerakan secara
bersama-sama dalam menggerakkan anggota tubuh. Seperti halnya dalam
baris-berbaris, di samping dapat mengontrol gerakan tubuh sendiri, juga dapat
mengerti dan mengikuti harmoni gerak teman-temannya.
c.
Perepet Jengkol
Permainan
ini dimainkan secara berkelompok, tanpa menggunakan alat, dan menggunakan lagu.
Perepet jengkol biasa dimainkan oleh anak-anak.Walaupun orang dewasa juga
sering melakukannya untuk membimbing agar anak-anak dapat memainkan permainan
ini dengan baik. Permainan
ini dapat dilakukan di siang hari ataupun malam hari saat terang bulan. Di
lapangan terbuka atau di halaman rumah. Permainan
ini dilakukan oleh 3-4 anak perempuan atau lelaki, berdiri saling membelakangi,
berpegangan tangan, dan salah satu kaki saling berkaitan di arah belakang.
Berdiri dengan sebelah kaki, pemain harus menjaga keseimbangannya agar tidak
terjatuh, sambil bergerak berputar ke kiri atau kanan menuruti aba-aba si
“dalang”, bertepuktangan sambil menyanyikan lagu teks permainan.
Pérépét jéngkol,
jajahéan,
kadempét jempol, jéjérétéan.
Permainan
ini mengajarkan bahwa kegembiraan dapat dibangun secara bersama-sama, jika
salah seorang terjatuh maka semuanya terjatuh. Pesan yang ingin
disampaikan adalah bahwa manusia harus senantiasa saling bantu dan saling
menolong. Ibarat orang yang hanya punya satu kaki, jika secara bersama-sama
bekerjasama maka akan dapat berputar seiring putaran waktu dan menghasilkan
kegembiraan bersama. Selain itu, aspek kognitifnya adalah membantu anak dalam perkembangan kecerdasan intelektual. Pemain tanpa sadar melatih keterampilan berbicara
pengucapan kata yang berjejer dengan huruf /r/ dan /l/ yang umumnya susah
diucapkan anak-anak. Secara umum mengenalkan
anak-anak terhadap lingkungannya. Aspek
afektifnya, yaitu anak akan
belajar cara mengontrol emosi sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi dan
empati terhadap teman yang lain. Secara
berkelompok, dalam permainan ini anak dilatih untuk dapat merasakan susahnya
ketika mempunyai satu kaki sehingga diperlukan adanya kerjasama untuk
menciptakan kegembiraan bersama, menjaga emosi, dan bersikap toleransi terhadap
temannya. Aspek psikomotornya, yaitu Permainan ini akan membantu anak dalam perkembangan keterampilan kinestetik
(gerak). Melatih
kecekatan dan keseimbangan. Permainan
ini berguna untuk melatih kekuatan kaki mereka. Hal itu dapat dilihat dari cara
bermain mereka yang hanya berdiri dengan satu kaki dan satu kaki lainnya saling
berkaitan di belakang. Permainan
ini mengajarkan agar anak dapat
mengontrol gerakan tubuh sendiri, juga dapat mengerti dan mengikuti harmoni
gerak teman-temannya.
Kesimpulannya adalah Permainan
tradisional merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang harus dijaga dan
dilestarikan. Oray-orayan, paciwit-ciwit lutung, dan perepet jengkol merupakan
salah satu permainan tradisional yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja
karena tidak membutuhkan alat apapun. Permainan tradisional ini bukan hanya
permainan biasa karena mengandung pesan moral yang sangat baik bagi kehidupan
di masyarakat. Selain itu, permainan tradisional ini juga bermanfaat bagi
pendidikan karena mengandung ketiga aspek penting dalam pendidikan yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat meningkatkan kecerdasan anak baik
dalam kecerdasan kinestetik maupun intelektual.
No comments:
Post a Comment