Sunday, May 3, 2015

Makalah Sastra Nusantara

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 3 SD masih menggunakan kurikulum KTSP. Materi pelajaran bahasa Indonesia dan bahan ajar yang digunakan masih mengacu pada kurikulum KTSP. Kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013 telah disediakan pemerintah untuk kelas 3 SD. Kompetensi dasar yang telah ditemukan tidak jauh berbeda dengan materi yang ada dalam buku teks kurikulum KTSP. Kompetensi dasar dan materi yang ada dalam buku teks pelajaran bahasa Indonesia di kelas 3 SD memiliki beragam materi salah satunya adalah teks permainan tradisional atau dolanan. Teks permainan tradisional adalah teks yang berisikan hal-hal yang berkaitan dengan permainan baik berupa aturan maupun pedoman permainan tersebut.
Permainan tradisional atau dolanan merupakan salah satu permainan yang ada di nusantara. Khazanah sastra nusantara dapat menjadi suplemen dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sehingga materi dan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 3 SD memerlukan khasanah sastra nusantara.  Khazanah sastra nusantara dapat ditemukan dalam permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan sastra nusantara sebagian lisan karena tidak semua permainan tradisional dapat dilisankan. Khazanah sastra nusantara dalam permainan tradisional dapat berupa aturan main, peserta permaianan, lagu-lagu permainan, gerakan gerakan dan memiliki nilai-nilai kebermanfaatan dan refleksi setelah memainkannya.
Teks permainan tradisonal dalam pelajaran bahasa Indonesia kelas 3 SD dapat ditemukan dalam materi pembelajaran permainan tradisional yang ada di kompetensi dasar dan bahan ajar, namun isi dan bentuk permainan tradisional atau dolanan harus sesuai untuk dipelajari dan diajarkan kepada peserta didik agar peserta didik memperoleh manfaat dari pembelajaran bahasa Indonesia  mengenai permaianan tradisional atau dolanan tersebut. Pemilihan teks permainan tradisional dan dolanan yang sesuai pada materi bahan ajar  dapat membuat peserta didik merefleksikan nilai-nilai yang ada dalam permainan tradisional atau dolanan tersebut setelah peserta didik mempelajari aturan, langkah-langkah dan mempraktikannya.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, sehingga rumusan masalahnya adalah:
1.      Apa saja teks permainan yang terdapat dalam buku teks kelas 3 Sekolah Dasar?
2.      Apa saja alternatif teks permainan yang dapat digunakan di kelas 3 Sekolah Dasar?
3.      Nilai apa saja yang terdapat di alternatif teks permainan tersebut?
1.3  Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, sehingga tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.      Teks permainan yang terdapat dalam buku teks kelas 3 Sekolah Dasar.
2.      Alternatif teks permainan yang dapat digunakan di kelas 3 Sekolah Dasar.
3.      Nilai yang terdapat di alternatif teks permainan tersebut.
1.4  Manfaat Penulisan Makalah
1.      Secara Teoritis/Akademik
Makalah ini diharapakan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan aspek pembelajaran di kelas mengenai teks permainan yang ada di Nusantara.
2.      Secara Praktis
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, sebagai bahan informasi untuk membantu dalam melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang Sastra Nusantara terutama berkaitan dengan permainan tradisional. Selain itu, terdapat hal-hal unik yang terdapat dari permainan tradisional yang ada di Nusantara dari mulai aturan permainan hingga nilai yang terdapat dari permainan tradisional itu sendiri.


BAB II
KAJIAN TEORI
2.1  Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4). Kompetensi Dasar Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Berdasarkan penjelasan tersebut, kompetensi dasar yang akan dibahas lebih lanjut yaitu kompetensi inti mengenai pengetahuan di kelas 3 Sekolah Dasar. Kompetensi dasar pada aspek pengetahuan di kelas 3 Sekolah Dasar adalah:
3.1 Menggali informasi dari teks laporan informatif hasil observasi tentang perubahan wujud benda, sumber energi, perubahan energi, energi alternatif, perubahan iklim dan cuaca, rupa bumi dan perubahannya, serta alam semesta dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
3.2 Menguraikan teks arahan/petunjuk tentang perawatan hewan dan tumbuhan, serta daun hidup hewan dan pengembangbiakan tanaman dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
3.3 Mengemukakan isi teks surat tanggapan pribadi tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta permasalahan dan lingkungan sosial di daerah dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
3.4 Menggali informasi dari teks dongeng tentang kondisi alam dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
3.5 Menggali informasi dari teks permainan/dolanan daerah tentang kehidupan hewan dan tumbuhan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman
Kompetensi dasar yang akan dibahas lebih lanjut adalah mengenai teks permainan tepatnya pada kompetensi dasar 3.5 yaitu menggali informasi dari teks permainan/dolanan daerah tentang kehidupan hewan dan tumbuhan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman. Pada pembahasan ini akan lebih memperlihatkan mengenai aturan permainan, cara permainan nilai-nilai yang terkandung di dalam permainan serta menceritakan pengalaman perta didik setelah melakukan simulasi permainan (refleksi). Teks permainan yang sesuai dengan kompetensi dasar tersebut adalah permainan yang berhubungan dengan kehidupan hewan/tumbuhan seperti oray-orayan, perepet jengkol, dan lain-lain. Jadi, sesuai dengan kompetensi yang telah dipaparkan, siswa diharapkan dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya mengenai teks permainan tradisional baik lisan maupun tulisan sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki keterampilan dalam memainkannya.

2.2  Bahan Ajar yang Terkait dengan Khasanah Sastra Nusantara
Bahan ajar adalah seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan, dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasa tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar yang akan dibahas lebih lanjut adalah bahan ajar yang digunakan di kelas 3 Sekolah Dasar. Akan tetapi, bahan ajar tersebut masih menggunakan kurikulum KTSP yang diterbitkan pada tahun 2010. Hal tersebut terjadi karena bahan ajar yang menggunakan kurikulum 2013 ini belum diterapkan di kelas 3 dan 6 SD. Terkait dengan kompetensi dasar yang membahas teks permainan, maka bahan ajar yang akan dibahas lebih lanjut pun mengenai teks permainan.
Teks permainan ini berada pada bab 1 yang memiliki tema “Permainan Tradisional Itu Asyik”. Teks permainan yang dikenalkan disini adalah Goncang Kaleng serta Permainan Benteng. Tidak hanya itu, di buku ini juga terdapat beberapa permainan tradisional seperti congklak, layang-layang, lompat tinggi, dan gobak sodor yang disajikan dalam bentuk gambar karena disini peserta didik diharuskan untuk menuliskan pengalamannya saat bermain permainan tradisional tersebut.
Pembelajaran mengenai teks permainan tradisional itu sendiri dilakukan sesuai dengan petunjuk yang ada dalam buku yaitu pertama, peserta didik dituntut untuk memahami terlebih dahulu mengenai suatu permainan. Setelah itu, peserta didik menceritakan kembali hal yang ia pahami mengenai permainan tersebut.  Saat semuanya sudah paham peserta didik mulai berpraktik permainan tersebut dengan membuat alat yang dibutuhkan dalam permainan tersebut. Setelah permainan selesai, guru melakukan refleksi bersama dengan peserta didik sehingga kegiatan tersebut tidak hanya bermain saja tetapi peserta didik juga mendapat informasi/pengetahuan baru dari suatu permainan. Selain itu, siswa diharapkan dapat menceritakan kembali pengalamannya saat bermain suatu pemainan tradisional sehingga siswa dapat saling berbagi ilmu dengan teman lainnya.
Teks permainan tradisional memang termasuk ke dalam sastra Nusantara tidak hanya nyanyiannya saja, tetapi aturan serta pedoman permainan itu sendiri juga termasuk sastra Nusantara. Hal tersebut terjadi karena permainan tradisonal dapat mencirikan kebudayaan suatu daerah tertentu. Permainan tradsioal kebanyakan menggunakan bahasa daerah sehingga pada pembelajaran ini memang boleh menggunakan bahasa daerah untuk membantu pemahaman tetapi guru pun membantu menerjemahkan bahasa daerah tersebut ke dalam bahasa Indonesia agar semua siswa dapat mengerti dan menambah kosa kata bahasa.

2.3  Keterkaitan KD dengan Bahan Ajar
Kompetensi Dasar yang terdapat di kurikulum 2013 sedikit kurang sesuai dengan buku ajar di kelas 3 Sekolah Dasar yang masih menggunakan kurikulum KTSP. Perbandingan ini tidak menggunakan buku kurikulum 2013 karena kurikulum 2013 masih diterapkan di kelas 1,2,4 dan 5 Sekolah Dasar. Namun, pada dasarnya beberapa bahan ajar KTSP hampir sama dengan bahan ajar kurikulum 2013. Hal tersebut dapat terlihat dari teks permainan yang dijelaskan oleh kedua kurikulum tersebut yang perbedaannya terlihat dari tujuan pembelajaran itu sendiri dimana kompetensi dasar di kurikulum 2013 peserta didik diharapkan untuk menggali informasi teks permainan tradisonal yang berkaitan dengan kehidupan binatang atau tumbuhan sedangkan di bahan ajar KTSP teks  permainan tradisional tidak harus berhubungan dengan kehidupan binatang atau tumbuhan. Jadi, kompetensi dasar mengenai teks permainan hampir sesuai dengan bahan ajar yang digunakan di kurikulum 2013.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1  Alternatif Teks Permainan
Setiap daerah di Indonesia memiliki permainan tradisionalnya masing-masing. Akan tetapi, terkadang bentuk permaianannya sama tetapi penamaannya berbeda-bedaa sesuai dengan bahasa daerahnya sendiri. Setiap permainan tradisional memiliki nilai yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, tidak semua permainan dapat dimasukkan ke dalam suatu pembelajaran, karena permainan yang dipilih harus sesuai dengan tujuan pembelajaran serta nilai yang terkandungnya bernilai positif sehingga dapat membentuk karakter peserta didik sesuai dengan kompetensi inti di kurikulum 2013. Teks permainan yang akan dibahas lebih lanjut adalah teks permainan gobak sodor, ular naga, oray-orayan, perepet jengkol, egrang, gatrik, dan paciwit-ciwit lutung.
3.2  Analisis Bentuk dan Isi Teks Permainan
a.       Paciwit-Ciwit Lutung
Paciwit-ciwit lutung adalah permainan saling mencubit punggung tangan para pemain hinga menumpuk ke atas, biasanya dimainkan oleh anak-anak baik perempuan maupun laki-laki namun tak jarang pula orang tua ikut menemani. Paciwit-ciwit lutung bisa dimainkan pada siang dan malam hari. Permainan ini biasa dimainkan di halaman atau pelataran rumah sambil berjongkok, kemudian berdiri jika posisi tangan sudah mencapai posisi yang menghendaki pemain untuk berdiri. Cara memainkan permainan ini yaitu setiap pemain saling mencubit punggung tangan menumpuk ke atas secara bergantian dari urutan paling bawah ke urutan teratas sambil menyanyikan lagu teks permainan.Berikut nyanyian dari permainan ini, yaitu:
paciwit-ciwit lutung,
si Lutung pindah ka luhur,
paciwit-ciwit lutung,
si Lutung pindah ka luhur.

Berdasarkan penjelasan mengenai permainan ini, terdapat pesan moral yang terdapat di permainan paciwit-ciwit lutung, yaitu permainan ini mengajarkan bahwa segala sesuatunya tidak tetap, berubah sesuai dengan kondisi dan senantiasa silih berganti. Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa manusia tidak selamanya di bawah (sengsara) atau di atas (kaya raya), yang di bawah pasti akan ke atas jika sabar menahan sakit. Permainan ini mengajarkan agar manusia agar tidak sombong saat berada di atas, dan juga tidak merasa rendah diri dan putus asa ketika berada di bawah. Selain itu, terkait dengan pembelajaran bahwa permainan ini menyentuh tiga ranah yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Aspek kognitif dalam permainan ini adalah membantu anak dalam perkembangan kecerdasan intelektual. Mengembangkan kecerdasan musikal anak karena permainan ini dilakukan sambil bernyanyi. Secara umum, permainan ini mengenalkan anak-anak terhadap lingkungannya. Aspek afektifnya adalah dengan berkelompok anak akan belajar cara mengontrol emosi sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi dan empati terhadap teman yang lain. Secara berkelompok, dalam permainan ini anak dilatih untuk dapat merasakan sakitnya ketika dicubit oleh temannya dan dinyatakan kalah jika tidak dapat mengontrol emosi serta tidak bersikap toleransi terhadap temannya. Hal ini dapat meminimalisir pemunculan ego di diri anak. Aspek psikomotornya adalah permainan ini akan membantu anak dalam perkembangan keterampilan kinestetik (gerak). Melatih kepekaan syaraf sensorik. Secara berkelompok, dalam permainan ini anak dilatih untuk dapat menggerakkan tangan, naik terus ke atas sesuai dengan perpindahan posisi tangan, dari berjongkok, berdiri, sampai berjinjit. Permainan ini mengajarkan agar anak  dapat mengontrol gerakan tubuh sendiri, juga dapat mengerti dan mengikuti harmoni gerak teman-temannya.
b.      Oray-Orayan
Oray-orayan berarti bermain membentuk sebuah barisan seperti ular.  Oray-orayan dapat dimainkan oleh anak-anak baik perempuan maupun laki-laki. Permainan biasanya dimainkan pada siang hari atau menjelang sore dan biasa dimainkan di halaman rumah atau lapangan terbuka. Para pemain saling memegang ujung baju bagian belakang teman yang ada di depannya untuk membentuk barisan panjang. Sambil bermain, para pemain menyanyikan lagu teks permainan. Ketika sampai pada akhir teks, pemain terdepan berusaha menangkap pemain paling belakang yang akan menghindar sehingga barisan bergerak meliuk-liuk seperti ular. Permainan terus diulang tetapi barisan tidak boleh terputus. Berikut merupakan nyanyian dari permainan tersebut, yaitu:
Oray-orayan,
luar léor mapay sawah,
ulah ka sawah,
paréna sumedeng beukah,
uray-orayan,
luar-léor mapay leuwi,
ulah ka leuwi,
di leuwi aya nu mandi,
oray-orayan,
oray naon… oray bungka,
bungka naon… bungka laut,
laut naon.. laut dipa,
dipa naon… dipandeuri.  
Pesan Moral yang terdapat di permainan ini adalah oray-orayan ini bukan hanya sekedar permainan saja, namun mengandung pesan moral yang baik bagi anak-anak. jika kita ingin berpergian atau mengunjungi suatu tempat,  jangan sampai mengganggu apa yang ada di sekitar tempat yang kita kunjungi. Jika berkunjung ke suatu tempat, hendaklah silaturahmi jangan sampai terputus dan ciptakanlah kegembiraan demi kegembiraan. Selain pesan moral, permainan ini memiliki aspek kognitifnya, yaitu membantu anak dalam perkembangan kecerdasan intelektual. Misalnya dari kata-kata yang dituturkan seperti “luar-leor” berhubungan dengan gerak ular, “parena keur sedeng beukah” berhubungan dengan tumbuhan padi, pengucapan kata yang berjejer dengan huruf /r/ dan /l/ yang umumnya susah diucapkan anak-anak. Secara umum mengenalkan anak-anak terhadap lingkungannya. Misalnya dari kata-kata yang dituturkan seperti “luar-leor” berhubungan dengan gerak ular, “parena keur sedeng beukah” berhubungan dengan tumbuhan padi, pengucapan kata yang berjejer dengan huruf /r/ dan /l/ yang umumnya susah diucapkan anak-anak. Secara umum mengenalkan anak-anak terhadap lingkungannya.
Aspek afektif dari permainan ini adalah dengan berkelompok anak akan belajar cara mengontrol emosi sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi dan empati terhadap teman yang lain. Dalam permainan ini tidak dinyatakan kalah atau menang sehingga anak dapat mengerti kelebihan dari masing-masing temannya. Hal ini dapat meminimalisir pemunculan ego di diri anak. Tak hanya itu aspek psikomotor pun ada dalam permainan ini, yaitu permainan ini akan membantu anak dalam perkembangan kecerdasan kinestetik (gerak). Secara berkelompok, dalam permainan ini anak dilatih untuk dapat melakukan dapat gerakan secara bersama-sama dalam menggerakkan anggota tubuh. Seperti halnya dalam baris-berbaris, di samping dapat mengontrol gerakan tubuh sendiri, juga dapat mengerti dan mengikuti harmoni gerak teman-temannya.
c.       Perepet Jengkol
Permainan ini dimainkan secara berkelompok, tanpa menggunakan alat, dan menggunakan lagu. Perepet jengkol biasa dimainkan oleh anak-anak.Walaupun orang dewasa juga sering melakukannya untuk membimbing agar anak-anak dapat memainkan permainan ini dengan baik. Permainan ini dapat dilakukan di siang hari ataupun malam hari saat terang bulan. Di lapangan terbuka atau di halaman rumah. Permainan ini dilakukan oleh 3-4 anak perempuan atau lelaki, berdiri saling membelakangi, berpegangan tangan, dan salah satu kaki saling berkaitan di arah belakang. Berdiri dengan sebelah kaki, pemain harus menjaga keseimbangannya agar tidak terjatuh, sambil bergerak berputar ke kiri atau kanan menuruti aba-aba si “dalang”, bertepuktangan sambil menyanyikan lagu teks permainan.
Pérépét jéngkol,
jajahéan,
kadempét jempol, jéjérétéan.
Permainan ini mengajarkan bahwa kegembiraan dapat dibangun secara bersama-sama, jika salah seorang terjatuh maka semuanya terjatuh. Pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa manusia harus senantiasa saling bantu dan saling menolong. Ibarat orang yang hanya punya satu kaki, jika secara bersama-sama bekerjasama maka akan dapat berputar seiring putaran waktu dan menghasilkan kegembiraan bersama. Selain itu, aspek kognitifnya adalah membantu anak dalam perkembangan kecerdasan intelektual. Pemain tanpa sadar melatih keterampilan berbicara pengucapan kata yang berjejer dengan huruf /r/ dan /l/ yang umumnya susah diucapkan anak-anak. Secara umum mengenalkan anak-anak terhadap lingkungannya. Aspek afektifnya, yaitu anak akan belajar cara mengontrol emosi sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi dan empati terhadap teman yang lain. Secara berkelompok, dalam permainan ini anak dilatih untuk dapat merasakan susahnya ketika mempunyai satu kaki sehingga diperlukan adanya kerjasama untuk menciptakan kegembiraan bersama, menjaga emosi, dan bersikap toleransi terhadap temannya. Aspek psikomotornya, yaitu Permainan ini akan membantu anak dalam perkembangan keterampilan kinestetik (gerak). Melatih kecekatan dan keseimbangan. Permainan ini berguna untuk melatih kekuatan kaki mereka. Hal itu dapat dilihat dari cara bermain mereka yang hanya berdiri dengan satu kaki dan satu kaki lainnya saling berkaitan di belakang. Permainan ini mengajarkan agar anak  dapat mengontrol gerakan tubuh sendiri, juga dapat mengerti dan mengikuti harmoni gerak teman-temannya.
Kesimpulannya adalah Permainan tradisional merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan. Oray-orayan, paciwit-ciwit lutung, dan perepet jengkol merupakan salah satu permainan tradisional yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja karena tidak membutuhkan alat apapun. Permainan tradisional ini bukan hanya permainan biasa karena mengandung pesan moral yang sangat baik bagi kehidupan di masyarakat. Selain itu, permainan tradisional ini juga bermanfaat bagi pendidikan karena mengandung ketiga aspek penting dalam pendidikan yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat meningkatkan kecerdasan anak baik dalam kecerdasan kinestetik maupun intelektual.







No comments:

Post a Comment