Sunday, May 3, 2015

Tugas Studi Wacana

  1. Hasil Transkrip
A: ... Supernova aja bingung
B: Ih enggak, dari segi tanda bacanya juga beda banget ga kaya novel-novel biasa..., jadi kamu dalam satu paragraf itu, itu bisa jadi dialog sama narasinya nyampur, ga dipisahin.
A: Masih ada promo ga ya? Mahal ih!
B: Delapan puluh (ribu rupiah) bukan?
A: Iya (novel) Gelombang, maksudnya yang..., yang..., yang (berjudul) Supernova, yang (judul) keempat itu loh.
B: Mesti ada promo di...
A: di Bentangnya.
B: Ada, namanya apa sih, aku lupa. Bukan bentangnya juga sih, cuma komunitas pembacanya kayak gitu, suka ada marchandise nya. (novel) Madre aja ada marchandise nya.
A: (berupa gantungan) Kunci?
B: Gantungan kunci.
A: (novel) Filosofi, aku belum baca euy, (novel) Filosofi Kopi padahal katanya bagus.
B: Apaan?
A: Filosofi kopi.
B: (novel) Madre aku di si Z euy.
...
A: Siapa aja sih yang lagi rapat? X, X?
B: Si X lagi sakit ya, C, ya?
A: Si X sakit apa sih?
B: Gejala typus.
A: Gejala typus?
Keterangan:
A: Penutur 1
B: Penutur 2
C: Orang yang berada di lokasi, namun tidak ikut berbicara
X: Orang yang sedang dibicarakan

  1. Analisis Wacana Dialog
a.       Kerja sama partisipan
·         Terdapat maxim kualitas dalam unsur kerja sama partisipan pada percakapan tersebut.
Contoh 1:
A: Si X sakit apa sih?
B: Gejala typus.
Jawaban dari mitra tutur merupakan jawaban yang sesuai dengan yang ditanyakan oleh penutur.
Contoh 2:
A: (berupa gantungan) Kunci?
B: Gantungan kunci.
Pertanyaan dari penutur merujuk pada konteks tertentu, hingga mitra tutur dapat menjawab pertanyaan penutur dengan pasti.

b.      Berdasarkan sifat hubungan
·         Terdapat sifat hubungan tindak tutur lokusi dalam percakapan tersebut.
Contoh:
B: Ada, namanya apa sih, aku lupa. Bukan bentangnya juga sih, cuma komunitas pembacanya kayak gitu, suka ada marchandise nya. (novel) Madre aja ada marchandise nya.
Penggalan percakapan tersebut hanya menginformasikan tanpa ada tendensi untuk melakukan sesuatu.

c.       Berdasarkan hakikat pemakaian
·         Terdapat tindak tutur tidak menghiraukan dalam percakapan tersebut. Hal ini dapat terlihat pada penggalan percakapan berikut:
Contoh 1:
B: Ih enggak, dari segi tanda bacanya juga beda banget ga kaya novel-novel biasa..., jadi kamu dalam satu paragraf itu, itu bisa jadi dialog sama narasinya nyampur, ga dipisahin.
A: Masih ada promo ga ya? Mahal ih!
Tanggapan dari penutur 1 tidak sesuai dengan apa yang sedang dibicarakan oleh penutur. Hal ini bisa terjadi karena penutur 1 tidak bisa menanggapi apa yang dibicarakan penutur 2, atau merasa bahwa apa yang dibicarakan penutur 2 merupakan hal tidak terlalu penting, sehingga penutur 1 lebih tertarik untuk membicarakan hal lain, namun masih berhubungan dengan topik utama.
Contoh 2:
A: (berupa gantungan) Kunci?
B: Gantungan kunci.
A: (novel) Filosofi, aku belum baca euy, (novel) Filosofi Kopi padahal katanya bagus.
B: Apaan?
A: Filosofi kopi.
B: (novel) Madre aku di si Z euy.
Penggalan percakapan yang berwarna kuning tersebut tidak fokus terhadap topik pembahasan, sehingga muncul kalimat yang keluar dari topik pembahasan. Biasanya hal tersebut dilakukan karena tidak fokusnya penutur atau habisnya topik pembahasan.
Transkrip percakapan di atas menuliskan kata yang sesuai dengan percakapan aslinya. Percakapan tersebut dilakukan di ruang informal. Terlihat dari gaya bahasanya yang tidak mementingkan kaidah Bahasa Indonesia,
B: Ih, enggak, dari segi tanda bacanya juga beda banget ga kaya novel-novel biasa..., jadi kamu dalam satu paragraf itu, itu bisa jadi dialog sama narasinya nyampur, ga dipisahin.
Penggunaan kata tidak baku diperbolehkan dalam percakapan, selama suasana pada percakapan tersebut tidak formal, sehingga penutur dan mitra tutur dapat berbicara dengan santai dan mengalir.
     Suasana yang tidak formal tersebut banyak menimbulkan hal-hal di luar kaidah. Semisal banyak percakapan yang timbul tanpa harus menggunakan kalimat utuh seperti berikut,
A: (berupa gantungan) Kunci?
B: Gantungan kunci.
Penutur 1 merasa tidak perlu mengungkapkan kalimat pertanyaan yang utuh, karena penggalan percakapan di atas merujuk pada obrolan sebelumnya, yang membicarakan tentang marchandise apa yang didapat dari pembelian buku berjudul Madre. Selain itu ada penggalan percakapan berikut,
A: (novel) Filosofi, aku belum baca euy, (novel) Filosofi Kopi padahal katanya bagus.
B: Apaan?
A: Filosofi kopi.
Tanpa diujarkan kata ‘novel’, penutur 2 sudah paham dengan apa yang disebutkan oleh penutur 1. Hal tersebut biasanya terjadi karena penutur sudah mempunyai pengetahuan tentang apa yang dibicarakan. Misalnya tentang makna ‘Filosofi Kopi’ tersebut. Percakapan ini terjadi di kalangan mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia, yang notabene paham mengenai novel-novel sastra jaman sekarang, sehingga wajar bila penutur 2 paham dengan apa yang dibicarakan oleh penutur 2.
     Pada penggalan percakapan di atas terdapat gaya bahasa yang terpengaruh oleh bahasa daerah Sunda, terlihat pada kata ‘euy’ dalam kalimat “Filosofi, aku belum baca euy,....”. Penyebab terjadinya campur kode pada percakapan tersebut adalah domisili penutur yang berada di daerah Sunda. Kata ‘euy’ dalam penggalan percakapan tersebut juga sebagai kata tambahan, atau pemanis dalam kalimat, walau tidak mempunyai makna leksikal.

     

No comments:

Post a Comment