Sunday, May 3, 2015

Tabel Istilah Wayang

No
Nama
Leksikal
Kontekstual
1
Dalang
Orang yang memainkan wayang
Orang yang menjalankan lakon wayang
2
Nayaga
Penabuh gamelan
Orang yang menabuh gamelan
3
Lakon
peristiwa atau karangan yg disampaikan kembali dng tindak tanduk melalui benda perantara hidup (manusia) atau suatu (boneka, wayang) sbg pemain
Jalan cerita atau judul
4
Sabetan
Hasil menyabet
Gerak-gerik wayang yang dijalankan Ki Dalang
5
Waranggana
penyanyi wanita dl seni karawitan atau wayang
Tim vokalis tembang dalam pentas wayang.

6
Panyumping
Kedatangan (sunda)
Asisten dalang yang bertugas membantu menyiapkan ubo rampe dan membantu mengurutkan wayang.

7
Kothak
peti kecil tempat barang perhiasan, barang kecil, dsb
Kotak kayu untuk menyimpan wayang yang belum dan sudah ditampilkan.


8
Beber
membuka (layar, gulungan, payung, dll)
Layar untuk menangkap bayangan wayangdalam ajang sabetan.

9
Blencong
Lampu minyak untuk penerangan dalam pagelaran wayang kulit (jawa)
Lampu minyak kelapa untuk menerangi layar
10
Kelir
Tirai dari kain (sunda)
Gedebok pisang digunakan untuk menancapkan wayang



Blencong    : Lampu minyak kelapa untuk menerangi layar.
Dalang       : Orang yang menjalankan lakon wayang.
Kelir          : Gedebok pisang digunakan untuk
                  menancapkan wayang.
Wayang     : Sejenis boneka dua dimensi yang
                  digerakkan oleh dalang.
Gamelan    : Alat musik tradisional Jawa untuk
                  mengiringi pementasan.
Niyaga       : Orang yang menabuh gamelan.
Lakon        : Jalan cerita atau judul.
Sabetan     : Gerak gerik wayang yang dijalankan
                  Ki Dalang.
Beber        : Layar untuk menangkap bayangan wayang
                  dalam ajang sabetan.
Waranggana : Tim vokalis tembang dalam
                    pentas wayang.
Panyumping : Asisten dalang yang bertugas membantu
                    menyiapkan ubo rampe dan membantu
                    mengurutkan wayang.
Kothak/Pethi : Kotak kayu untuk menyimpan wayang
                    yang belum dan sudah ditampilkan.

Běběr
Disebut pula layar putih tanpa noda. Merupakan gambaran mercàpàdàatau bumi ini yang sesungguhnya merupakan tempat suci. Di manapun tempat, wilayah, daerah, negara, daratan semuanya adalah tempat suci. Jika ada tempat tidak suci, atau dianggap lembah hitam atau kotor, sesungguhnya hanyalah penilaian subyektif atau sekedar manusianya yang kotor, bukan bumi tempat mereka berpijak. Layar sebagai gambaran bumi, menjadi panggung pementasan “sandiwara kehidupan” wayang.

Kělir
Kělir adalah gěděbok (batang) pohon pisang. Jika tidak dipakai lagi untuk menancapkan wayang, maka kělir akan dibuang menjadi barang busuk berbau dan tak ada gunanya, lalu kembali menjadi tanah. Kělir ibarat raga atau jasad kita yang digunakan sebagai tempat bersemayamnya sukma kita. Jasad yang digunakan sebagai media sukma agar dapat berbuat sesuatu di dalam dimensi wadag měrcapada (bumi).

Wayang
Wayang mempunyai dua dimensi, jika ditonton dengan benar seharusnya dari balik layar pementasan. Yang yampak adalah siluet bayangan hitam si wayang. Wayang adalah jiwa, atau jiwànggà, jiwà ing ànggà yakni  jiwa yang manjing di raga. Sedangkan bayangan wayang di balik běběr atau layar ibaratnya “guru sejati” atau sukma sějati.

Pěthi
Kotak kayu untuk menyimpan wayang yang belum dikeluarkan atau wayang yang sudah mati. Tokoh wayang yang sudah mati, pasti meninggalkan kelirnya dan dimasukkan oleh dalang ke dalam kotak pěthi. Pethi ibaratnya liang kuburan. Jika anda serem akan liang kuburan, karena belum memahami makna liang kubur. Liang kubur sesungguhnya pintu kecil, gelap, pengap dan sempit, namun menjadi “lorong” atau pintu masuk menuju ke alam gaib para leluhur yang terang benderang dan menakjubkan (bagi yang perbuatannya pada sesama baik, bagi yang tdk baik saya nggak tahu).

Dalang
Dalang adalah orang yang hanya sekedar menjalankan cerita-cerita (lakon) wayang yang telah ada sebelumnya. Meskipun demikian, dalang harus memahami betul pakem gamelan, karakter wayang, cengkok tembang, pribadi masing-masing waranggana dan wiyaga. Dalang menjadi pembawa cerita, sekaligus pemimpin atau komando bagi seluruh tim yang bersama-sama menjalankan pementasan “sandiwara kehidupan” wayang. Kekompakan terjadi bilamana para waranggana, wiyaga, dan asisten dalang memahami secara persis bagaimana jalan cerita lakon, menghayatinya serta bagaimana keinginan-keinginan Ki Dalang selama melakonkan wayang.


No comments:

Post a Comment